AMBON – Komunitas Bangtan Dreamer dan Pemuda Al-Mukmin menggelar Forum Grup Diskusi (FGD) dengan tema “Pemuda Muslim Maluku Tangkal Hoaks dan SARA Jelang Pemilu 2024”.
Dialog yang dilaksanakan di Masjid Al-Hijrah, Kapaha, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon ini menghadirkan narasumber Ketua MUI Maluku DR. Abdullah Latuapo, Ketua Yayasan Baku Kele Maluku (Mantan Napiter) Rusli Amiludin dan Ketua Komunitas Bantem Drimer Maluku, Ayuni Abdullah.
Kegiatan tersebut dilaksanakan menyusul adanya keresahan publik atas dinamika politik dengan berbagai isu yang merebak di media sosial menjelang pemungutan suara Pemilu tahun 2024.
Dialog mengenai tema itu dihadiri kurang lebih 50 orang peserta dari Mantan Nara Pidana Teroris (Napiter), Remaja Masjid Al Ukhuwah Kapaha, Remas AlHijrah Kampung Jawa dan Pemuda Almukmin Maluku.
Ayuni Abdullah berharap kegiatan yang dihelat mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya hoax dan isu SARA, juga dapat membekali masyarakat dengan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menangkal isu-isu tersebut, serta mendorong terciptanya suasana pemilu yang damai dan kondusif.
Menjelang pemungutan suara Pemilu serentak tahun 2024, berbagai isu politik santer merebak. Sangat disayangkan, momentum pesta demokrasi ini justru sengaja dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menyebar hoax bahkan SARA, yakni informasi mengandung isu-isu menyesatkan yang sengaja menggiring opini dengan informasi seolah-olah benar tetapi faktanya adalah cerita atau berita bohong.
“Hoax tak hanya dimanfaatkan penyebar untuk mengambil keuntungan tetapi juga merugikan orang lain. Terlebih seperti kita di Maluku ini yang pernah mengecap bagaimana pahitnya konflik horisontal sebab isu hoax dan SARA,” katanya.
Ketua MUI mengatakan, melalui forum ini tak henti hentinya kami menghimbau agar para pemuda Muslim tidak kemudian larut dalam dinamika politik yang saat ini terjadi, kita harus lebih teliti dalam hal menerima dan membagi berita kepada teman maupun keluarga, jangan justru menjadi pemicu persoalan di tengah tahapan Pemilu.
“Pemilu adalah pesta demokrasi yang seyogyanya harus dijaga marwah dan esensinya sehingga tercipta kamtibmas yang aman dan damai,” kata Ustadz Latuapo.
Tidak hanya soal hoax dan isu SARA peserta FGD juga dihimbau agar menghindari pengajian – pengajian ataupun perkumpulan yang bersifat inklusif maupun radikal agar tidak terjerumus dan berakibat pada urusan hukum.
Di tengah hiruk pikuk Pemilu 2024, dunia maya seakan menjadi wadah atau oase untuk pelaku hoaks dan SARA melakukan aksinya. Hoaks pada prinsipnya besifat politis dan berpotensi menjadi sumber perpecahan, menimbulkan kekacauan di tengah-tengah publik. “Kita tentunya tak ingin proses demokrasi terganggu,” katanya.
Menyikapi hal tersebut, semua elemen bersama masyarakat dapat memperkuat persatuan untuk menangkal hoaks, sehingga terciptanya situasi yang kondusif menjelang pemilihan serentak.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dari penyebaran hoaks, intoleransi, dan isu SARA.
“Kegiatan seperti ini diharapkan mampu mengedukasi masyarakat bahwa konten-konten provokatif yang marak berseliweran di media sosial tersebut dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Rusli Amiludin.
Selain itu, perlu juga dilakukan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku penyebaran hoaks, intoleransi, dan isu SARA. Hal ini penting untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan mencegah terjadinya hal serupa di masa mendatang.
“Pemilu 2024 merupakan pesta demokrasi yang harus dirayakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga kondusifitas menjelang dan selama pelaksanaan Pemilu 2024,” ajaknya.
Discussion about this post