PARDIDUNEWS.COM, Raksasa antroposentrisme dan mesin globalisasi seringkali membuat hidup kita dipenuhi sifat keserakahan. Hal ini diawali dari cara pandang kita melihat hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan, atau dari cara hidup kita yang terlalu dimanjakan oleh derasnya arus perkembangan teknologi. Segala-galanya serba instan, mudah dijangkau, dan disertai dengan sikap hidup konsumtif.
Antroposentrisme atau paham yang memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang memiliki nilai, sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia semata. Manusia dianggap berada di luar, di atas, dan terpisah dari alam. Bahkan manusia dipahami sebagai penguasa atas alam yang boleh melakukan apa saja.
Paham antroposentrisme juga bermakna bahwa seluruh gerak perubahan dan pembangunan hanyalah untuk memuaskan hasrat manusia, dalam hal ini manusia berada pada hierarki tertinggi yang berhak memutuskan untuk berlaku apapun terhadap alam.
Pemahaman seperti ini diibaratkan seperti layaknya seorang raksasa, semakin hari wujudnya semakin besar, karena ditopang oleh mesin yang amuk perkembangannya sangatlah liar, ia cenderung serakah, desktruktif, melupakan hak alam, memanjakan manusia, membuat ia terlena. Mesin itu disebut mesin globalisasi dan modernisasi.
Cara pandang inilah juga yang pada akhirnya melahirkan penyakit modernitas yaitu perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya yang dianggap tidak mempunyai nilai.
Sumber : Biem.co
Discussion about this post